materi hadis tarbawi tentang ruang lingkup pendidikan islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
     Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan.
Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan  Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kita bisa mengambil  rumusan  masalah  :
1.      Apa hadits tentang ruang lingkup pendidikan Islam?
2.      Bagaimana perspektif hadits tentang ruang lingkup Islam dalam konteks dunia pendidikan?

C.Tujuan Penulisan
Tujuan  makalah  ini disusun guna untuk :
1.      Mengetahui  hadits tentang ruang lingkup pendidikan Islam.
2.      Mengetahui perspektif hadits tentang ruang lingkup Islam dalam konteks dunia pendidikan.


BAB II
PEMBAHASA
N

A.   Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam
1)      Pendidik dan Perbuatan Mendidik
a.       Hadits
وعن ابن عباس رضي الله عنهما وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِلأَشَجِّ أَشَجِّ عَبْدِ الْقَيْسِ إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ . رواه مسلم
Artinya : Dan dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulallah Saw bersabda kepada ‘’Abdul Qais yang  terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada dua sifat yang disukai oleh Allah yaitu: santun dan sabar”. (HR Muslim)
b.      Kandungan Hadits
            Sifat santun dan sabar memang disukai oleh Allah SWT, maka dari itu kita sebagai umat manusia harus memiliki sikap seperti itu. Memang sifat seperti itu telah ada di dalam diri manusia, namun tergantung kepada kita bagaimana memanfaatkan dan menggunakan sifat itu. Dengan sifat santun, diharapkan kita dapat berlaku sopan santun kepada siapa saja baik itu orang yang lebih tua dari kita, orang yang lebih muda, dan orang yang sebaya dengan kita. Sedangkan dengan sifat sabar, diharapkan kita dapat sabar dalam menghadapi apapun, baik itu berupa cobaan, maupun  kenikmatan. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang memiliki sifat santun dan sabar.
2)      Anak Didik
a.       Hadits
[1]عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam  keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
b.      Kandungan Hadits
Setiap anak telah memiliki fitrah sejak ia dilahirkan atau suatu potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung tawab untuk mendidik dan menjadikan anaknya seperti apa tergantung kepada kedua orang tuanya. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-coret oleh tinta. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mengibaratkan anak sebagai permata indah (Jauhar) yang belum diukir, dibentuk dengan ke dalam suatu rupa. Permata itu merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para orangtua. Karena itu, menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fase-fase perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai dengan fase yang ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat dibentuk rupa yang indah.
3)      Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
a.       Hadits
عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ ...... (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam  hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
b.      Kandungan Hadits
Sumber kebahagiaan ada dihati, yakni  ketenangan dalam berdzikir kepada Allah SWT. Dengan demikian, kebahagiaan menjadi tujuan dalam pendidikan, namun tujuan tersebut tidak hanya didunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Untuk memperoleh kebahagiaan ini kuncinya adalah ilmu yang dapat dicapai  melalui proses belajar.
4)      Kurikulum Pendidikan Islam
a.       Hadits
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Artinya: Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya(H.R Ad-Dailami)
b.      Kandungan Hadits
Dalam hadis diatas dijelaskan  bahwasannya orang tua wajib memberikan ilmu yang baik kepada anak, hal itu dilakukan untuk mengembangkan keterampilan serta menambah kecerdasan anak, salah satunya adalah dengan mengajari anak membaca Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam, dan juga sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Dengan memahami kandungan isi dari Al-Qur’an tentunya akan menjadikan akhlak anak menjadi baik, anak akan menjadi tahu mana yang baik dan buruk bagi dirinya. Hadis tersebut menjelaskan tugas pendidik yaitu orang tua dalam mendidik anaknya dengan mencintai Nabi yaitu sebagai pendidik orang tua memiliki kewajiban meyakinkan anaknya untuk mempercayai Nabi dan juga menjalankan sunnahnya. Kita diajarkan oleh Nabi supaya mencintai keluarga Nabi seperti kita mencintai Nabi.Selain itu sebagai orangtua juga harus mengajari etika yang baik seperti mengucap salam kepada sesama muslim jika bertemu.
5)      Materi Pendidikan Islam
a.       Hadits
عن ابنِ عباسٍ رضي الله عنهما ، قَالَ : كنت خلف النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - يوماً ، فَقَالَ : يَا غُلامُ ، إنِّي أعلّمُكَ كَلِمَاتٍ : احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَألْتَ فَاسأَلِ الله ، وإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ ، وَاعْلَمْ : أنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبهُ اللهُ لَكَ ، وَإِن اجتَمَعُوا عَلَى أنْ يَضُرُّوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحفُ
(رواه الترمذي)                      
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali tertentu  saya berada dibelakang Nabi SAW, kemudian beliau bersabda “Hai anak kecil, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah (perintah) Allah niscaya kamu dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah, dan  jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu hal yang telah ditentukan Allah padamu. Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu. Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu” (HR. Imam Tirmidzi).[2]
b.      Kandungan Hadits
Hadits ini mengandung penjelasan tentang 'Aqidah Islam. Rasul menyampaikan pelajaran ini kepada Abdullah  ibn 'Abbas pada usia mudanya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan  Aqidah sudah ditanamkan kepada seseorang sejak ia kecil. Karena usia inilah yang paling tepat untuk menanamkan nilai. Bila nilai itu sudah tertanam, maka kehidupan setelah dewasa dan masa tua banyak dipengaruhi oleh masa muda itu. Sehingga kalaupun seseorang hidup di lingkungan yang sangat jauh dari ajaran Islam, tetapi ideologinya tidak terpengaruh, keyakinannya tidak goyah. Adapun jika penanaman nilai itu terlambat, apalagi setelah kepalanya terisi oleh teori-teori dan doktrin di luar Islam, maka manusia seperti inilah susah untuk disadarkan dan dibimbing ke jalan Islam.
            Rasul SAW juga  mengajarkan kepada Ibnu 'Abbas, agar senantiasa memelihara aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT, tidak melanggar batasan-batasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya Allah akan memeliharanya juga. Dan jika Allah dijaga dalam arti hukum-hukumNya ditaati, maka pada saat manusia membutuhkan bantuan Allah, maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong kesusahannya, meringankan bebannya.
6)      Metode Pendidikan Islam
Ø  Metode Tamsil/Perumpamaan
a.       Hadits
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كَا فِلُ الْيَتِيْمِ لَهُ اَوْ لِغَيْرِهِ اَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي اْلجَنَّةِ وَاَشَارَ مَا لِكٌ بِالسَّبَا بَةِ. ( اخرجه مسلم
Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang mencukupi anak yatim miliknya atau milik orang lain, Aku dan orang yang menanggung (mengurusi) anak yatim berada di Surga adalah seperti ini (Mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya) (HR.Muslim)
b.      Kandungan Hadits
Dalam hal ini Nabi menggambarkan kedudukan seorang yang menanggung kehidupan Anak yatim akan berada dalam surga seperti di isyaratkan menggunakan kedua jari beliau.Adakalanya Nabi yang mulia menyampaikan pelajaran dan pengajarannya pada para sahabatnya  melalui perumpamaan atau tamsil.[3]
Ø  Metode Cerita (Kisah)

a.       Hadits

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِي الله عَنْه اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ العَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَاِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ العَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الكَلْبَ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَارَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَا ئِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍرَطْبَةٍ أَجْرٌ (اخرجه البخاري
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ”Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia merasakan sangat haus sekali. Kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur) kemudian datang seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing sangat haus sebagaimana aku, kemudian ia masuk kedalam sumur lagi dan ia memenuhi sepatunya (dengan air) kemudian (ia naik lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia memberi minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya. Sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat pahala karena menolong hewan?”, Nabi menjawab: ”Disetiap yang mempunyai limpa hidup ada pahalanya.”(HR.Bukhori)
b.      Kandungan Hadits
Dari hadist di atas menerangkan bahwa apabila kita berbuat baik kepada sesama makhluk Allah SWT walaupun perbuatan tersebut hanya sebesar biji jagung, maka perbuatan kita akan mendapat pahala dan ridho Allah SWT. Misalnya memberi minum pada hewan sekalipun itu hewan yang najis.
Ø  Metode Tanya Jawab
a.       Hadits
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ أخرجه مسلم
Artinya: Dari Abi Hurairah, ia berkata: ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW kemudian ia bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku hormati?”. Beliau menjawab Ibumu, ia berkata kemudian siapa?” Beliau menjawab kemudian ibumu, ia berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian ibumu, ia berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian Bapakmu dan saudara-saudara dekatmu.(HR. Muslim)
b.      Kandungan Hadits
Hadist di atas menerangkan bahwa suatu ketika ada seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah, kemudian bertanya tentang orang-orang yang paling berhak untuk dihormatinya. Kemudian terjadilah dialog antara Rasulullah dan laki-laki tersebut dan Rasulullanpun mengajarinya tentang akhlak terhadap orang tuanya terutama ibunya, maka terjadilah tanya jawab antar keduanya.

Ø  Metode Diskusi
a.       Hadits
عَنْ أَنَسٍ رَضِي الله عَنْه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًاأَوْ مَظْلُوْمًا قَالُوا يَارَسُوْلَ اللهِ هَذَا نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُفَوْقَ يَدَيْهِ (أخرجه البخاري
Artinya: Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah telah bersabda: tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didhalimi. Mereka bertanya: wahai Rasulullah, bagaimana menolong orang dzalim?, Rasulullah menjawab tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya.(HR. Bukhori)
b.      Kandungan Hadits
Hadist ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita untuk menolong orang yang dzalim dan yang didzalimi. Anas berkata ia telah menolong orang yang didzalimi, kemudian ia berkata kepada Rasulullah bagaimana cara menolong orang yang dzalim? Rasul pun menjawab untuk menghentikannya dan mengembalikannya dari kedzaliman. Diskusi terdapat pada permasalahan bagaimana cara menghentikan orang dzalim tersebut dan mengembalikan dia dari kedzalimannya.
7)      Evaluasi Pendidikan Islam
a.       Hadits
أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَامْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا

            Artinya :Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Adam dari Ibnu Fudlail dari Abu Sinan dari Muharib bin Ditsar dari ‘Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku telah melarang kalian berziarah  kubur, maka sekarang  ziarahlah kubur, dan aku pernah melarang kalian memakan daging kurban lebih dari tiga hari, maka simpanlah apa yang kalian kehendaki dari daging-daging tersebut dan aku pernah melarang kalian dari nabidz (minuman yang terbuat dari anggur) kecuali yang terdapat dalam tempat minum, maka minumlah yang ada dalam semua tempat minum dan janganlah kalian minum sesuatu yang memabukkan.” (HR. Muslim)
b.      Kandungan Hadits
 Dalam hadist ini beliau mengevaluasi suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, dari asalnya dilarang oleh Nabi, tapi setelah itu dibolehkan karena melihat banyak manfaatnya dari pada madharatnya, dan begitu juga dari asalnya dibolehkan oleh Nabi SAW. tapi setelah itu dilarang oleh Nabi SAW karena melihat banyak madharatnya dari pada manfaatnya.
B.   Perspektif Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam Konteks Dunia Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah tern al-tarbiyah. Sedangkan tern al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.[4]
Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat yang  merujuk pada nilai-nilai ajaran-ajaran  Islam, yang menjadikan Alquran dan Hadits sebagai sumber utamanya. Ruang lingkup pendidikan Islam diantaranya adalah :
1.      Pendidik dan Perbuatan  Mendidik
Para pendidik adalah ayah, ibu, guru, ustadz, ulama serta siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Sedangkan perbuatan mendidik artinya adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan serta sikap yang  memberikan  teladan, pemahaman yang  dilakukan pendidik sewaktu  menghadapi atau mengasuh anak didik ke arah yang dijadikan  tujuan dalam pendidikan Islam.
Santun, lembut, arif dan sabar adalah sifat yang harus ada didalam diri seorang pendidik. Dari keempat sifat tersebut, apabila ada yang hilang salah satu maka tidak akan seimbang. Contohnya kalau tidak ada sifat sabar dari seorang pendidik maka tidak akan disukai oleh peserta didik dan akan  hancur proses pendidikan tersebut. Apalagi kalau guru PAUD atau SD harus mempunyai jiwa kesabaran yang baik dan Istiqamah.
Dalam dunia pendidikan  tidak sepantasnya ada kesombongan baik guru maupun  peserta didik. Apalagi seorang guru yang menjadi faktor sentral dalam pendidikan. Menjadi contoh bagi peserta didiknya dan bagaikan malaikat yang memberikan motivasi ketika peserta didiknya mulai malas dan  sebagai pembawa solusi ketika peserta didiknya ada masalah. Dalam  istilah orang jawa “ digugu dan ditiru”. Kalau gurunya mempunyai Akhlak yang jelek. Bagaimana dengan murdinya? Mungkin akan lebih parah. Masalah inilah  yang hendaknya kita waspadai.
2.      Anak Didik
Anak didik adalah  objek para pendidik dalam melaksanakan tindakan yang bersifat mendidik.Dari hadits di atas ada dua hal yang dapat dipahami, yaitu pertama: setiap manusia yang lahir memiliki potensi menjadi orang baik, orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama orang tua karena merekalah yang pertama kali  yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi. Konsep hadits tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan dan  lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan dipengaruhi oleh faktor keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluarga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta dipengaruhi oleh lingkungannya.
            Apalagi untuk zaman sekarang orangtua sangat berperan penting dalam mendidik anaknya, sebelum anaknya itu dimasukan ke sekolah atau anak itu melihat dunia luar yang sangat bebas. Karena dasar tempat pendidikan utama adalah rumah dan pendidiknya adalah semua orang-orang yang ada dalam rumah anak tersebut terutama orang tua (Ibu Bapaknya).
3.      Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan hendaknya hanya untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar, pendengar, dan  pecinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya sementara , jabatan, pangkat, dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadis Rasulullah SAW  yang artinya: ”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR.Baihaqi)
Hadist tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau orang yang mencari ilmu, atau pendengar ilmu, atau pecinta ilmu. Itulah hakikat tujuan dari pendidikan, yakni memiliki ilmu, bukan tujuan lain, maksudnya jangan jadi selain dari yang empat tersebut seperti pemalas, pembenci ilmu, perusak ilmu, dan lain sebagainya. Terlebih jika tujuan pendidikan diorientasikan untuk memperoleh kekayaan duniawi.
4.      Kurikulum Pendidikan Islam
Proses pendidikan seorang anak menggunakan berbagai cara dan perencanaan dari start hingga finish yang kemudian dalam dunia pendidikan disebut kurikulum pendidikan.
Dalam Pendidikan Islam, pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya sadar yang dirancang untuk membantu seseorang, sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual maupun mental dan sosial. Dalam pandangan Islam berarti pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup tersebut harus dijiwai oleh ajaran Islam dan nilai Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunah/ Al Hadis. Kurikulum Pendidikan Islam yang berarti rancangan pendidikan dan pembelajaran pendidikan islam yang diberikan kepada peserta didik agar dapat menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa dan memiliki keterampilan dalam hidup harus dijiwai oleh ajaran islam dan nilai islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah sehingga menjadi pribadi yang sempurna.
Pada prinsipnya landasan pengembangan kurikulum Islam tidak bolehsenantiasa menjadikan Al Qur’an dan hadis sebagai landasan normatif pengembangan kurikulum Pendidikan Islam.Sehingga dalam Landasannya baik filosofis, psikologis, sosio- kultural, ilmu pengetahuan dan teknologi serta organisator tidak boleh menyimpang dari Ajaran Agama Islam.
Ciri- ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan dengan Al Qur’an dan As- Sunah serta ijtihad para ulama.
            Dalam hadis tersebut juga ditegaskan bahwasannya dalam pengembangan kurikulum hendaknya berdasarkan pada prinsip Al Qur’an dan As- Sunah agar selamat hidupnya didunia dan akhirat.
5.      Materi Pendidikan Islam
Untuk bisa melahirkan  peserta didik yang menjadi teladan dalam bertindak, berucap maka dalam setiap lembaga pendidikan khususnya pendidikan agama Islam, materi pendidikan Islam dapat ditanamkan dalam pembelajaran Aqidah, , Fikih, Alquran Hadits, dan sebagainya. Contoh seperti yang dijelaskan dalam hadits diatas mengenai pembelajaran Aqidah. Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam benaknya hingga ia tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa apabila seseorang ingin senantiasa mendapat penjagaan dari Allah maka ia harus juga menjaga Allah Swt dalam kesehariannya.[5]
Rasulullah SAW mengajarkan di dalam hadits ini dasar-dasar 'aqidah, yaitu tempat meminta hanya kepada Allah Swt. Tempat mengadu hanya Allah Swt. Manusia tidak pantas mengadukan masalahnya kepada manusia apalagi kepada Jin, sementara ia tidak mengadu kepada Zat Yang Menciptakannya. Manusia tak layak meminta bantuan kepada makhluk Allah, apalagi kepada musuh Allah seperti syaitan, padahal kepada Allah ia tidak meminta bantuan. Inilah pelajaran penting dalam Aqidah.
Pelajaran inilah yang perlu ditanamkan kepada setiap manusia, khususnya anak didik yang masih muda agar ia siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan ujian kesabaran dan keadaan yang serba sulit.
6.      Metode Pendidikan Islam
Metode adalah suatu  ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Diantaranya:
a.       Metode Tamsil/Perumpamaan.
Adapun tujuan di buatnya perumpamaan sebagaimana di jelaskan dalam hadits di atas ialah untuk memahamkan sesuatu yang bersifat abstrak ( kepada orang yang diajak berbicara) dengan cara menyerupakan kepada sesuatu yang bersifat konkret. Atau, menyerupakan sesuatu yang bersifat konkret dengan sesuatu yang bersifat konkret yang lebih jelas.
b.      Metode Cerita (Kisah).
Dapat dijelaskan bahwa pendidikan metode kisah atau cerita ini dapat menimbulkan kesan mendalam pada jiwa seorang anak didik, sehingga dapat membuka hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah itu, apalagi penyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara menyentuh hati dan perasaan. Al-Qur’an mempergunakan meode cerita untuk seluruh pendidikan dan bimbingan yang mencakup seluruh metodologi pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, akal dan jasmani serta menaruh jaringan-jaringan yang berlawanan yang terdapat didalam jiwanya itu, pendidikan melalui teladan dan pendidikan melalui nasehat. Oleh karena itu, cerita merupakan kumpulan bimbingan yang sangat baik.
c.       Metode Tanya Jawab[6].
Metode tanya jawab merupakan metode yang paling tua digunakan disamping metode yang lain, karena metode ini banyak sekali digunakan para Nabi terdahulu. Dan dalam penggunaan metode ini, pengertian dan pemahaman akan terasa lebih mantap. Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin.
d.      Metode Diskusi.
Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman, secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat atau perang mulut. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan smbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.
7.      Evaluasi Pendidikan Islam
Dalam suatu pendidikan pasti dibutuhkan suatu evaluasi, karena dengan evaluasi inilah untuk meningkatkan kualitas seorang pendidik dan melihat bagaimana perkembangan  pengetahuannya.
Berdasarkan hadist di atas dalam melaksanakan sesuatu itu kita perlu melakukan evaluasi, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga tentang perbuatan-perbuatan kita serta ibadah kita kepada Allah SWT.












BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1.      Pendidikan Islam  berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2.      Ruang lingkup pendidikan Islam  terdiri dari : Pendidik dan perbuatan   mendidik, anak didik, dasar dan  tujuan pendidikan Islam, kurikulum  pendidikan  Islam,  materi  pendidikan  Islam, metode pendidikan Islam, dan evaluasi pendidikan.
         
B.Saran
            Demikian hanya sebagian dari hadits nabi yang kami kaji, sementara masih banyak lagi hadits-hadits nabi yang menjelaskan tentang pendidikan. Kritik dan saran sangat kami perlukan untuk pembenahan yang lebih baik di waktu mendatang.

                                   










DAFTAR PUSTAKA



Baqi, Muhammad Fuad Abdul. 1949. Al-Lu’lu’ wal Marjan:Mutiara hadits Shohih Bukhari dan Muslim. Ummul Qura.
Sudiyono, 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryani. 2012. Hadis Tarbawi:Analisis Paedagogis Hadis-Hadis Nabi. Yogyakarta:Teras.
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif Hadis). Jakarta: Amzah.













[1] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-lu’lu’ wal Marjan:Mutiara Hadits  Sahih Bukhari dan Muslim, (Ummul Qura, 1949),  hadits no.1702.
[2] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif Hadis), (Jakarta: Amzah, 2012), 54.

[3] Suryani, Hadis Tarbawi:Analisis Paedagogis Hadis-Hadis Nabi, (Yogyakarta:Teras, 2012), 34.

[4] Sudiyono,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 6.
[5]Ibid., 66.
[6] Ibid, 60.

Komentar